Jumat, 15 Juni 2012



PAGELARAN PUISI
CIRCLE OF LIFE
Presented by: Mahasiswa BSA IAIN Raden Fatah

Siklus kehidupan adalah keniscayaan: tumbuh di dalam rahim, lahir, ceria menjadi anak, dilema menjadi remaja, galau menanti sang kekasih, bertabur cinta dan harap saat menjadi pengantin, berjuang dalam hangatnya kasih bersama keluarga, menjadi bijak saat menua, dan siap menuju surga saat tiba waktunya.
Siklus ini akan digambarkan secara musikal, puitis, dan dramatik oleh mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Mahasiswa Cinta Sastra (KAMACITRA) Jurusan Bahasa dan Sastra Arab IAIN Raden Fatah Palembang. Menghadiri pagelaran ini, adalah sebuah perenungan sejauh mana anda berarti dalam setiap siklus kehidupan Anda.
Fase pertama, si Aku hidup di alam kandungan. Puisi Aku Sang Pemenang oleh Jaka Syahputra menggambarkan persaingan kehidupan yang berawal dari kegelapan. Di alam yang terekam dalam alat 4 dimensi ini, Si Aku berjuang bersama ribuan atlet untuk menjadi pemenang.  Memang benar, dengan perjuangan yang luar biasa, si Aku menjadi pemenang.  Ekspresi Siti Robiah dalam Makna dalam Kata, si Aku meminta kepastian pada sang Khaliq tentang siapa dan bagaimana fase kehidupan setelah ini. walau dengan pertanyaan besar, si Aku menyadari perbedaan antara kehidupan si Aku dan mereka laksana perbedaan Vilamu Dan Duniaku kata hati Silda Nurgenti. Tapi, sekalipun demikian si Aku harus siap menerima titah untuk turun ke dunia meskipun banyak musim yang harus dijalani dalam puisi Gelap Terang oleh Arif Rodiansyah.
Fase kedua, si Aku kini menjelma menjadi harapan dan kabar yang menggembirakan dalam puisi Rinduwati berjudul Hadirku sebuah Harapan yang memberikan arti baru untuk kehidupan.

Fase ketiga, si Aku telah menempuh kehidupan yang penuh dengan kesenangan tanpa mengenal waktu yang akan mengantarkan si Aku untuk menjadi bintang dalam karya Akulah Bintang oleh Sustri Kartika, dan si Aku menyadari dengan tulisannya Imam Ghazali Anak Pinggiran membukakan pemikiran bahwa ada yang tidak merasakan seperti apa yang si Aku rasakan.
Fase keempat, beralih dengan berekembangnya fisik, kini si Aku menjadi sosok yang akan menjadi perhatian bagi setiap mata yang memandang, yang dengan itu pula mengajarkan si Aku untuk menjaga perhiasannya Sebelum Mekar oleh Arif Rodinsyah. Hal itu telah membathin pada diri si Aku karena si Aku tahu dia dari-Nya dan Kau Dari-Nya yang telah memberikan imajinasi baru oleh Marisa. Kesadaran si Aku itu telah menopang makna dalam setiap bait yang mengalun dalam Sajak-Sajak Langkahku yang telah digores oleh Imam Ghazali. Dengan makna itu pula, si Aku merasakan indahnya kehidupan laksana indahnya kasih sayang yang telah di berikan oleh Santika sebagai Angin Penghantar Cinta.
Fase kelima, si Aku kini menjalani kehidupan yang penuh dengan kebersamaan, dengan goresannya Siti Lestari kesendirian tiada lagi dirasakan oleh si Aku karena cinta dan kasih dan sayang telah menjelma dalam bathin yang menjelma sebagai cahaya kalbu. Tapi, semuanya tidak seperti yang selalu si Aku pikirkan, benar kata mereka kalau kehidupan itu tidak selamanya mulus semulus kulit putri raja. Si Aku merasakan kebahagiaan dan kesedihan berganti melingkari hari-harinya yang harus disadari inilah Mahligai Nestapa Nan Bahagia oleh Princess Naysya.
Fase keenam, kebahagiaan si Aku telah sempurna dengan hadirnya orang-orang yang menyayanginya, tapi harus si Aku sadari semuanya akan berakhir dengan semakin berkerutnya kulit karena keletihan yang dirasakan. Kini si aku menyadari Raja Dunia Sudah Di ujung Badan oleh Novita, yang akan menjadikan Kenangan Bunga tersendiri untuknya yang telah digoreskan oleh Muhammad Sholeh.
Fase ketujuh, sekarang si Aku telah hidup di alam yang jauh berbeda dengan alam-alam sebelumnya, di sini si Aku hidup dalam kegelapan. Tak ada yang peduli terhadap apa yang terjadi pada si Aku, semuanya sibuk dengan kehidupannya. Sepertinya si aku berhak berkata seperti perkataan Nurul Aini Pesankan Aku Tempat Di Neraka.








MASA KANDUNGAN
Persaingan yang penuh dengan usaha memberikan keberhasilan dan akan mendapatkan penghargaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata
Aku Sang Pemenang ( JAKA)
Oleh : Jaka Saputra
Palembang, 25 Mei 2012

Tertatih aku berlari
Gelap gulita namun tak sendiri
Di sana...
Kami berlomba menggapai cahaya

Aku lemah, aku tak berdaya
Tapi aku harus bisa
Kini yakinku menggelora jiwa
Dan satu langkahku telah mengoyak

“hore...”
Aku sang pemenang..!
            Namun kini aku bersedih
            Gelap gulita dan aku sendiri
            Di sana !
            Langkahku baru mulai sekarang
Tahukah kalian ?
Aku sang pemenang


Berpegang pada satu janji memberikan harapan baru untuk berjuang apa yang terjadi sekarang dan selanjutnya
Makna Dalam Kata (SUSTRI)
Oleh: Siti Robiah

Dalam alam-Mu aku sendiri
Berkabung dalam kesepian
Yang bertemankan kegelapan
           
Hidup adalah pilihan
Walaupun sukma dalam kesedihan
Selalu merajut jiwa
Yang penuh dengan kata-kata

Tatkala janji sudah di ujung jari
Aku memberontak, menyela dan bertanya
Seakan-akan tiada kepuasan
Di setiap kata-kata-Nya

Malaikatmu,,, malaikatmu,,, malaikatmu,,
            Ya,, malaikat,,
            Siapa malaikat untukku,,,?
            Dia,,,,?
            Ya,, dia,,, yang akan merangkulmu dalam setiap bait do’anya



Tak selamanya perjalanan kehidupan itu selalu dalam kegelapan, bersiaplah menhadapi kehidupan yang baru yang penuh dengan cahaya
Gelap Terang (REZA)
                                                         Oleh : Arif Rodinsyah
Palembang, 26 Mei 2012
Sembilan musim aku di sini          
Diselubungi kegelapan syurga
Ditahan kokohnya kapas
Dilayani tanpa tangan
Aku sebuah beban
Tapi..
Masih saja kau biarkan aku di sini
Sumringahmu malah terasa
Aku sadar..
Sepuluh putaran lagi
Gelap akan aku tinggalkan
Terang akan aku rasakan
Putaran kesepuluhpun berakhir
Gelap..
Terima kasih kenyamananmu
TERANG....
AKU DATANG....

Hah..
Sungguh berat dapatkan terang
Harus rasakan gelap tapi nyaman
Aku kotor setelah terang
Tapi aku bersih..                                                                     

MASA DILAHIRKAN
Tujuan semua orang itu sama,menjadi harapan untuk setiap yang memandang
Saat Hadirku Sebuah Harapan (IMAM)
Goresan Pena: Rinduwati
Selasa, 30 Mei 2012
Berapa Lamanya aku tertidur dipenjagaan
Saat diam didalam keramaian
Berapa lamanya aku jadi impian dalam penantian
Sampai waktu aku dapat membuka mata
Dalam setiap nafas aku jadi harapan
Dalam setiap langkah aku bagaikan do’a
Kapankah waktu indah itu tercurah
Hingga tangis pertamaku terpecah

Hadirku sebuah kabar yang membawa bahagia
Tak pernah ada duka baikpun nestapa
Hingga ceritaku dapat tertulis dengan sebuah penah cinta
Di dalam hati yang penuh suka dan bahagia
Aku sikecil mungil yang sangat beharga
Sebuah titipan dari  yang maha kuasa
Selalu memberikan kebahagiaan yang tiada tara
Membangkitkan jiwa di saat lelah

Senyumku menyejukkan hati menghadirkan keteduhan
Tawaku bagaikan alunan musik dari kayangan
Pekikan girangku bagaikan anugerah dari syurga
Begitu merdu nan indah semua berjalan
Aku hidup dipenuhi kasih dan sayang

Perbedaan yang ada pada kita sebenarnya satu pondasi yang menyatukan dan memberikan kekuatan
Vilamu dan duniaku (ROBIAH)
Oleh : Silda Nurgenti
Palembang, 28 Mei 2012

Aku tumbuh dari cinta dan kasih
Tercipta dari sperma dan ovum
Menjadi zigot, membelah diri
Memasuki ruang- ruang gelap
Tanpa seberkas cahaya menerangi

            Aku diselimuti segumpal darah sebagai penghangatku diruangmu
            Lantunan ayat-ayat surga menjadi asupan gizi
            Hangatnya ruangmu penghilang dahagaku
            Hingga terbentuk faseku
Membentuk penglihatanku
Membentuk organku
Membentuk otak gerakku
Menjadikan aku manusia kedua
Di dalam vilamu
            Sepi dan sunyi
            Kulalui bersama kegelapan
            Menunggu, menanti
            Kehidupan setelah ini
Sembilan bulan 275 hari
Sejarah baru dikehidupanku
Kini jiwaku sudah masuk kedalam ragaku
Berusaha keluar dari ruang yang tertututp
Mencari satu ruang yang renggang
            Jeritanmu tak kuhiraukan lagi
            Inginku pergi dari vilamu
            Hingga aku tatap wajahmu
            Duniaku
            Dunia yang memulai pertualanganku



















MASA KANAK- KANAK
Menapaki keletihan tanpa tahu arti memberikan arti tersendiri
Akulah bintang (WENY)
Oleh :  Sustri Kartika
Palembang, 29 Mei 2012

Selangkah menggapai bintang
Aku dinobatkan sang pemenang
Burung mengajariku terbang
Pagiku tanpa petang
Awanpun tak pernah mendung

            Malaikatku selalu mendongeng
            Pahlawanku menyambut girang
            Senang.. senang.. dan senang

Berjuang tanpa memandang
Meski petang membayang
Malaikatku terus berdendang
Agar duniaku tak gersang
Hingga bunga mengharap kumbang
Kupu- kupu punya sayap memikat lawan
Putik akan berbunga nan menawan

            Malaikatku....
            Aku ada akulah bintang

Kebahagiaan itu hak pada setiap insan, sayangnya tidak semua orang bisa merasakan itu
Anak pinggiran (BAHARSYAH)
Oleh : Imam Ghazali
Palembang, 25 Mei 2012

Aku melihat anak kecil mengapit sebuah karung kecampang
Berbaju seperti percah dan campang camping
Mengais sebuah kepingan hidup....

          Sebuah cahaya seharusnya bersinar
          Sirna ditudungi cendawan gelap gulita
          Putik seharusnya menjadi bunga
          Gugur karna bocoran neraka
Adakah sebuah celah untuk bersinar
Memancarkan cahaya dibumi yang fatamorgana
Adakah.....
          Tetesan embun
          Memberikan kesejukan untuk putik bangsa
                                                                                                           









MASA REMAJA
Hati adalah perisai diri untuk menerobos godaan yang akhir. Jagalah perhiasan padamu yang akan memberikanmu nilai yang berharga di mata setiap insan

Sebelum Mekar (ISNAINI)
Oleh : Arif Rodinsyah
Palembang, 24 Mei 2012

Ku layarkan kerinduan di lautan memori
Mengingatkan saat-saat mesra menjadi putik

Bagai embun yang hilang sebelum fajar menjadi terang
Terlewati tanpa ada rintang dan halang
Akankah ku layu sebelum mekar.?
Jangan.!
Aku harus mekar di ujung pucuk cita

Musim ini memang sulit bagiku
Madu terasa pahit
Racun terasa sangat.. manis..

Sebelum mekar            .. kuatkan akar..
                                                                                               




Penyesalan karena salah langkah serungkali tidak disadari. Cinta itu tidak dipondasikan oleh rumah sebelum suci, tapi dipagari oleh iman karena cinta pada-Nya dan cinta padamu yang berakhir dengan keindahan

Kau dari-Nya (JAKA)
Oleh : Marisa
Palembang, 28 Mei 2012

siapa kau?
Hantu dalam pikiranku
Setan dalam pandangan......

Gumpalan rasa tak kenal
Hingga beranak menjadi bunga

Istighfar.... istighfat.....
Redupkan saja bintang itu
Pudarkan jenjang kenistaan

Goresan kisah belum bertepi
Samudra hati masih berterbangan
Hingga mendarat dalam bahtera
Mihrab cinta-Nya





Perjuangan adalah langkah yang penuh dengan makna untuk menggapai apa yang menjadi tujuan, dalam setiap langkah terurai do’a

Sajak sajak langkah(SUSTRI)
Oleh : Imam Ghazali
Palembang, 7 Mei 2012

Dalam ruang dan waktu
Disetiap sajak- sajak langkahku
Tersimpan segumpal darah
Yang meluap dalam rintihan jiwa
Seakan mendayu ketidakpastian dalam haluan rasa

Semakin kusadari lewat makna- makna
Diantara keberanian dan ketidakpastian
Hadir bagai sejuta  warna
Yang dapat menghiasi kehidupan dan jawaban

Walau kaki ini berlumur darah
Namun akan tercipta tetesan darah
Yang akan mewarnai sajak- sajak langkah






MASA BERKELUARGA
Kehidupan itu saling melengkapi,, pada hati itu ada cahaya yang siap menerangi kapanpun dibutuhkan
Cahaya Qalbu (REZA)
Oleh : Siti Lestari

Bagai embun
Yang selalu menyejukkan..

Bagaikan matahari
Yang tak kan pernah berhenti menyinari..

Terjaga dalam lamunan
Ternyata….

Seiring rotasi cinta kasihmu
Cahaya qalbu hadir di celah kesenduanku..
Melayangkan sedikit berkas kilatan putih..
Siang dan malam Berevolusi ..
Hadirkan pelangi di birunya langit harapan..







Kebahagiaan dan kesedihan adalah dua hal yang tidak bisa dipisaahkan dari kehidupan
Mahligai Nestapa Nan Bahagia (Imam)
Princess Naysya
07.00 p.m  28 mei 012
Dalam mahligai cinta
Ku terbuai, buai asmara
Kala jauh, indah pesona
Menggoda gelora,
gelora membara
Kudekati ia
Semakin dekat, makin terasa
Nampak di pelupuk mata
Ternyata angan, fatamorgana
Hingga masuk dalam dunianya
Susah gundah menggoncang asa
Merobek jiwa
Kian hari kian terluka
Ternyata manis hanya di muka
Bergelombang…
Bergelombang,,,…
Kadang rapih kadang usang
Tetap berpegang meski tergoncang
Tetap bertahan meski meradang
Meradang terbuai
Tergoncang terurai
Terbuai diri lagi
Peri muncul, menari-nari
Dalam pandang sejukan hati
Jadi riang menatap hari

















MASA PARUH BAYA
Persiapan untuk menjalani hari-hari yang siap menemui janji-Nya akan tiba ketika waktunya
Raja Dunia di Ujung badan (ROBIAH)
Oleh : Novita
Palembang, 25 Mei 2012

Semakin hari langkah ini sulit untuk bertapak
Semua terasa lambat
Cahaya yang ditatap pun, seakan tak lagi  sempurna

Teringat hari saat masih remaja
Seakan dunia dalam genggaman
Bersorak ria tanpa peduli arah
Asalkan jiwa puas menatap asa

Aku bagaikan srigala
Menatap mentari dengan penuh kesombongan
Tak peduli bahwa ia adalah sang raja
Yang dengan sinarnya
Mampu merusak keindahan mata

Aku selalu berkata akulah sang raja dunia
Dengan kedua tanganku
Aku mampu membalikkan dunia
Namun, ....
Sesungguhnya aku adalah korban dunia
Dalam setiap langkah tak pernah disertai do’a
Aku adalah orang yang merugi
Karena dalam setiap tapak kaki
Tak pernah dengan hati
Namun ....
Semua penyesalan kini percuma
Karena nyawaku telah di ujung badan




















Ya,,, setiap orang mempunyai kenangan tersendiri,,
Kenangan itu indah…….
Kenangan Bunga (WENY)
Oleh : Muhamad Sholeh
Palembang, 01 Juni 2012
Setetes embun pagi membasahi kalbu
Seribu warna pelangi menghiasi hidupku
Senyumku.....
Ceriaku....
Bahagia setiap waktu...

Gejolak jiwaku
Seperti ombak yang menerpa karang
Seperti ombak yang menerpa karang
Bagaikan pasir pantai yang putih

Inginku....
Pintaku...
Ada untukku...
Oh tuhan... syukurku padamu
Nikmat untukku
Apakah waktu ku kan berlalu
Oh... bunga kenanganku




MASA TUA
Sekiranya balasan itu sesuai dengan perbuatan,,,
Yang akanmengantarkan kebahagiaan dan kesengsaraan

Pesankan aku tempat di neraka (BAHARSYAH)
Oleh : Nurul Ainin
palembang, 25 Mei 2012
Sayup- sayup suara jangkrik berderik
Malam gulita mencekam benak
Membawa jiwa ini berkelana
Menelisik tak tentu arah
            Aku sudah jadi abu arang
            Terjeramban dalam kenistaan
            Semakin dalam tek berpulang
            Tak terpantang
Tuhan..........
Kini hidupku bagai air di atas bukit
Cahaya-Mu tak terpetik
Singgah sana-Mu fatamorgana
            Jiwa ini letih
            Mengharap seberkas cahaya
            Yang jauh di ujung mata
            Berujung gelisah
Tuhan....
Sebelum ajal berpantang
Bolehkan aku bergumam
Pesankan aku tempat di neraka

Cinta itu adalah anugerah dari-Nya,,jadikan cinta laksana butiran salju yang penuh dengan kesucian

Angin Penghantar cinta (ISNAINI)
Oleh : santikah
Palembang, 28 Mei 2012

Jauh sebelum aku mengenal namanya cinta
Di saat aku duduk dibangku sekolah
Dengan mengenakan putih abu- abu
Begitu lugu.. dan begitu polosnya aku
            Sekolahku yang berdinding biru
            Dengan pohon- pohon tua menjatuhkan
            Dedaunan satu demi satu
            Bersamaan semilir angin berputar
            Dengan membawa kabar gembiran untukku
Syair dan melodi kujadikan pengiring
Cintaku yang tumbuh
Saat cinta itu mendekatiku detak jantungku begitu keras
Bak petir meraungkan suaranya
Tak kusangka, tak kuduga.. dia menembus bayang hatiku
            Bunga- bungapun tersenyum, tak kala
            Aku melihatnya
            Angin... sampaikan salamku, ku akan
            Menunggu, sampai saatnya datang..
            Cinta yang sebenarnya